BAB
13
PERDAGANGAN
LUAR NEGERI
2.
Perkembangan Ekspor Indonesia
Ekspor
merupakan salah satu variable injeksi dalam perekonomian suatu negara, artinya
jika ekspor suatu negara meningkat maka perekonomian negara tersebut akan lebih
meningkat lagi, karena adanya proses multipler dalam perekonomian tersebut.
Ekspor
adalah barang dan jasa yang diproduksi didalam negara dan dijual diluar negeri.
(Mankiw, 2004: 240). Jika suatu negara membuka perdagangan internasional dan
menjadi pengekspor suatu barang, maka produsen domestic barang tersebut akan
diuntungkan dan konsumen domestic barang tersebut akan dirugikan. Pembukaan
perdagangan internasional akan menguntungkan negara yang bersangkutan secara
keseluruhan karena keuntungan yang diperoleh melebihi kerugian nya (Mankiw,
2006 : 221).
Dalam
analisis keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian terbuka diandaikan
Ekspor merupakan pengeluaran otonomi, yaitu ia tidak ditentukan oleh pendapatan
nasional. Ekspor terutama ditentukkan oleh harga relative barang dalam negeri
dipasaran luar negeri, kemampuan barang dalam negeri untuk bersaing dipasaran
dunia, dan citarasa penduduk di negara-negara lain terhadap barang yang
diproduksikan suatu Negara (Sukirno, 2004 : 222).
Dari
studi pertumbuhan ekonomi selama periode 1968 – 1984 yang dilakukan oleh Bela
Balassa (1986) terhadap sekelompok luar negara-negara yang sedang berkembang
yang dibedakan antara negaranegara yang berorientasi keluar (Outward – Oriented
Countries) dan Negara-negara yang berorientasi kedalam ( Inward- oriental
countries) menemukan bahwa negara-negara yang menerapkan strategi pembangunan
yang berorientasi keluar memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih
baik dari pada negara-negara yang menerapkan strategi pembangunan yang
berorientasi kedalam atau substitusi impor
Berdasarkan
studi dilakukan Hollis Chemery terhadap 20 negara yang sedang berkembang
menemukan bahwa total input productivity total meningkat diatas 3 persen
pertahun di negara-negara yang menerapkan Outward oriented atau export- led
strategies, sedangkan negara-negara yang menerapkan inward – oriented
pertumbuhannya hanya 1 persen (Nanga, 2005 : 302).
Perkembangan
nilai ekspor baik migas maupun non migas di Indonesia selama periode 1993-1997
terus meningkat dan pada tahun 1998,1999 dan 2001 menurun, tetapi pada tahun
2002-2008 terus meningkat. Nilai ekspor terbesar berasal dari ekspor non migas.
Kontribusi
ekspor minyak mentah, hasil minyak dan gas alam terhadap nilai ekspor migas
pada tahun 1993- masing-masing 49,03%, 9,38%, 41,58%,dan pada tahun 2008
masing-masing 42,64%, 12,18%, dan 45,18%.
Kontribusi
nilai ekspor hasil pertanian, hasil industry dan hasil tambang diluar migas
terhadap ekspor pada non migas tahun 1993 masing-masing9,64%, 84,93%,
5,34%, dan pada tahun 2008 masing-masing 4,25%,
81,93% dan 13,82%.
Peranan
ekspor yang dilihat dari angka multiplier dan angka elastisitas ekspor terhadap
PDB menunjukkan angka multiplier ekspor relative cukup besar, demikian pula
angka elastisitas ekspor lebih besar dari 1, kecuali elastisitas ekspor hasil
tambang diluar migas sebesar 0,94%.
Sumber: