BAB 5
PDB, PERTUMBUHAN DAN
PERUBAHAN
3.
Pertumbuhan
Ekonomi Selama Orde Baru Hingga Saat Ini
Melihat kondisi pembangunan
ekonomi Indonesia selama pemerintaha orde baru (sebelum krisis ekonomi 19970
dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses pembangunan
ekonomi yang spektakuler, paling tidak pada tingkat makro (agregaf).
Keberhasilan ini dapat diukur dengan sejumlah indikato ekonomi makro. Yang umum
digunakan adalah tingkat PN perkapita dan laju pertumbuhan PDB pertahun. Pada
tahun 1968 PN perkapita mash sangat rendah, hanya sekitar US$60.
Namun, sejak Pelita I dimulai PN
Indonesia perkapita mengalami peningkatan relatif tinggi setiap tahun dan pada
akhir dekade 1980-an telah mendekati US$500. Hal ini disebabkan oleh
pertumbuhan PDB rata-rata pertahun juga tinggi 7%-8% selama 1970-an dam turun
ke 3%-4% pertahun selama 1980-an. Selama 70-an dan 80-an, proses yang cukup
serius, yang terutama disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, seperti
merosotnya harga minyak mentah di pasar internasional menjelang pertengahan
1980-an dan resensi ekonomi dunia pada dekade yang sama. Karena Indonesia sejak
pemerintahan orde baru menganut system ekonomi terbuka, 18 goncangan-goncangan
eksternal seperti itu sangat terasa sangat dampaknya terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Selain faktor harga, ekspor Indonesia,
baik komoditas primer maupun barang-barang industri maju, seperti Jepang, AS,
dan Eropa Barat yang merupakan pasar penting ekspor Indonesia. Dampak negatif
dari resensi ekonomi dunia tahun 1982 terhadap peerkonomian Indonesia tertutama
terasa dalam laju pertumbuhan ekonomi selama 1982-1988 jauh lebih rendah
dibandingkan periode berikutnya. Karena pengalaman menunjukan bahwa biaanya
resensi ekonomi dunia lebih mengakibatkan permintaan terhadap barang-barang
konsumsi, seperti alat-alat rumah tangga dari elektronik dan mobil (yang pada
umumnya adalah ekspor negara-negara maju).
Pada saaat krisis ekonomi mencapai
klimaksnya, yakni tahun 1998, laju pertumbuhan PDB jatuh drastis hingga 13.1%.
Namun, pada tahun 1999 kembali positif walaupun kecil sekitar 0.8% dan tahun
2000 ekonomi Indonesia sampai mengalami laju pertumbuhan yang tinggi hampir
mencapai 5%. Namun, tahun 2001 laju pertumbuhan ekonomi kembali merosot hingga
3.8% akibat gejolak politik yang sempat memanas kembali dan pada tahun 2007
laju pertumbuhan tercatat sedikit diatas 6%.
Antara tahun 1990 hingga setahun
menjelang krisis ekonomi, ekonomi Indoneisa tumbuh rata-rata perahun diatas 8%.
Kemajuan yang dicapai oleh Cina dan India memang sangat menakjubkan. Pada awal
dekade 90-an, pertumbuhan ekonomi di kedua negara besar tersebut masing-masing tercatat
hanya 3.8% dan 5.3%. namun, pada pertengahan dekade 90-an pertumbuhan kedua
negara itu sudah menyamai bahkan melewati presentasi Indonesia. Dari sejumlah
negara ASEAN yang juga dihantam oleh krisis 1997/98, Indonesia memang paling
parah dengan pertumbuhan negatif hingga 13.1% disusul kemudian oleh
Thailanddengan -10.5% dan Malaysia -7.4%. namun, yang menakjubkan dari kedua
negara tersebut setahun setelah itu ekonomi mereka mengalami pulih lebih cepat dibandingkan
ekonomi Indonesia hanya 0.8%.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia
yang semakin membaik setelah 1998 terceminkan pada peningkatan PDB perkapita
atas dasar harga berlaku tercatat sekitar 4.8 juta rupiah. Tahun 1999 naik
menjadi .4 juta rupiah dan berlangsung sehingga mencapai sekitar 10.6 juta
rupiah taun 2004, perkapita Indonesia pada tahun 2006 mencapai 1420 dolar AS,
di atas India, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan China.
Tahun 1998, sebagai akibat dari
krisis ekonomi, semua komponen pengeluaran mengalami penurunan, terkecuali X,
yang mengakibatkan kontraksi AD sekitar 13%. Sedangkan perkembangan X bisa
bertahan positif selama masa krisis terutama seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Komonen AD yang paling besar penurunannya selama 1998 adalah
pembentukan modal bruto (investasi) yang merosot sekitar 33.01% dibandingkan
kontraksi dari pengeluaran konsumsi swasta (rumah tangga) sebesar 6.40% dan
pengeluaran pemerintah sekitar 15.37%, besarnya penurunan investasi tersebut
juga kelihatan jelas dari penurunan persentasenya terhadap PDB pada tahun 2000
pertumbuhan investasi (tdak termasuk perubahan stok) sempat mecapai hampir 18%,
namun setelah itu merosot terus hingga negatif pada tahun 2002.
Pada awalnya, salah satu faktor
penting yang menyebabkan merosotnya kegiatan investasi didalam negri selama
masa krisis, seperti juga dinegara-negara asia lai yang terkena krisis (Korea
Selatan dan Thailand), adalah karena keruian besar yang dialami oleh perusahaan
swasta akibat depresiasi rupiah yag besar, sementara utng luar negri (ULN) nya
dalam mata uang dolar AS tidak dilindungi (hedging) sebelumnya dengan kurs
tertentu di pasar berjangka waktu kedepan (forawrd). Faktor-faktor lain yang
membuat lesunya komponen investasi di dalam AS diantaranya adalah jathnya harga
saham, elarian modal (atau arus modal keluar lebih banyak daripada arus masuk)
dan resiko premium yang meningkat drastis.
Dua faktor terakhir ini di dorong
terutama oleh kondisi politik, sosial, keamanan, dan penegakan hukum yang
buruk. Sedangkan dari ekspor meninkat karena memang depresiasi rupiah terhadap
dolar AS waktu iu membuat sebagian produk Indonesia, khususnya perkebunan
mengalami peningkatan daya saing harga.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar