Kamis, 30 April 2015

5.3 Pertumbuhan Ekonomi Selama Orde Baru Hingga Saat Ini

BAB 5
PDB, PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN


3.    Pertumbuhan Ekonomi Selama Orde Baru Hingga Saat Ini

Melihat kondisi pembangunan ekonomi Indonesia selama pemerintaha orde baru (sebelum krisis ekonomi 19970 dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses pembangunan ekonomi yang spektakuler, paling tidak pada tingkat makro (agregaf). Keberhasilan ini dapat diukur dengan sejumlah indikato ekonomi makro. Yang umum digunakan adalah tingkat PN perkapita dan laju pertumbuhan PDB pertahun. Pada tahun 1968 PN perkapita mash sangat rendah, hanya sekitar US$60.
Namun, sejak Pelita I dimulai PN Indonesia perkapita mengalami peningkatan relatif tinggi setiap tahun dan pada akhir dekade 1980-an telah mendekati US$500. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan PDB rata-rata pertahun juga tinggi 7%-8% selama 1970-an dam turun ke 3%-4% pertahun selama 1980-an. Selama 70-an dan 80-an, proses yang cukup serius, yang terutama disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, seperti merosotnya harga minyak mentah di pasar internasional menjelang pertengahan 1980-an dan resensi ekonomi dunia pada dekade yang sama. Karena Indonesia sejak pemerintahan orde baru menganut system ekonomi terbuka, 18 goncangan-goncangan eksternal seperti itu sangat terasa sangat dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selain faktor harga, ekspor Indonesia, baik komoditas primer maupun barang-barang industri maju, seperti Jepang, AS, dan Eropa Barat yang merupakan pasar penting ekspor Indonesia. Dampak negatif dari resensi ekonomi dunia tahun 1982 terhadap peerkonomian Indonesia tertutama terasa dalam laju pertumbuhan ekonomi selama 1982-1988 jauh lebih rendah dibandingkan periode berikutnya. Karena pengalaman menunjukan bahwa biaanya resensi ekonomi dunia lebih mengakibatkan permintaan terhadap barang-barang konsumsi, seperti alat-alat rumah tangga dari elektronik dan mobil (yang pada umumnya adalah ekspor negara-negara maju).
Pada saaat krisis ekonomi mencapai klimaksnya, yakni tahun 1998, laju pertumbuhan PDB jatuh drastis hingga 13.1%. Namun, pada tahun 1999 kembali positif walaupun kecil sekitar 0.8% dan tahun 2000 ekonomi Indonesia sampai mengalami laju pertumbuhan yang tinggi hampir mencapai 5%. Namun, tahun 2001 laju pertumbuhan ekonomi kembali merosot hingga 3.8% akibat gejolak politik yang sempat memanas kembali dan pada tahun 2007 laju pertumbuhan tercatat sedikit diatas 6%.
Antara tahun 1990 hingga setahun menjelang krisis ekonomi, ekonomi Indoneisa tumbuh rata-rata perahun diatas 8%. Kemajuan yang dicapai oleh Cina dan India memang sangat menakjubkan. Pada awal dekade 90-an, pertumbuhan ekonomi di kedua negara besar tersebut masing-masing tercatat hanya 3.8% dan 5.3%. namun, pada pertengahan dekade 90-an pertumbuhan kedua negara itu sudah menyamai bahkan melewati presentasi Indonesia. Dari sejumlah negara ASEAN yang juga dihantam oleh krisis 1997/98, Indonesia memang paling parah dengan pertumbuhan negatif hingga 13.1% disusul kemudian oleh Thailanddengan -10.5% dan Malaysia -7.4%. namun, yang menakjubkan dari kedua negara tersebut setahun setelah itu ekonomi mereka mengalami pulih lebih cepat dibandingkan ekonomi Indonesia hanya 0.8%.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik setelah 1998 terceminkan pada peningkatan PDB perkapita atas dasar harga berlaku tercatat sekitar 4.8 juta rupiah. Tahun 1999 naik menjadi .4 juta rupiah dan berlangsung sehingga mencapai sekitar 10.6 juta rupiah taun 2004, perkapita Indonesia pada tahun 2006 mencapai 1420 dolar AS, di atas India, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan China.
Tahun 1998, sebagai akibat dari krisis ekonomi, semua komponen pengeluaran mengalami penurunan, terkecuali X, yang mengakibatkan kontraksi AD sekitar 13%. Sedangkan perkembangan X bisa bertahan positif selama masa krisis terutama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Komonen AD yang paling besar penurunannya selama 1998 adalah pembentukan modal bruto (investasi) yang merosot sekitar 33.01% dibandingkan kontraksi dari pengeluaran konsumsi swasta (rumah tangga) sebesar 6.40% dan pengeluaran pemerintah sekitar 15.37%, besarnya penurunan investasi tersebut juga kelihatan jelas dari penurunan persentasenya terhadap PDB pada tahun 2000 pertumbuhan investasi (tdak termasuk perubahan stok) sempat mecapai hampir 18%, namun setelah itu merosot terus hingga negatif pada tahun 2002.
Pada awalnya, salah satu faktor penting yang menyebabkan merosotnya kegiatan investasi didalam negri selama masa krisis, seperti juga dinegara-negara asia lai yang terkena krisis (Korea Selatan dan Thailand), adalah karena keruian besar yang dialami oleh perusahaan swasta akibat depresiasi rupiah yag besar, sementara utng luar negri (ULN) nya dalam mata uang dolar AS tidak dilindungi (hedging) sebelumnya dengan kurs tertentu di pasar berjangka waktu kedepan (forawrd). Faktor-faktor lain yang membuat lesunya komponen investasi di dalam AS diantaranya adalah jathnya harga saham, elarian modal (atau arus modal keluar lebih banyak daripada arus masuk) dan resiko premium yang meningkat drastis.
Dua faktor terakhir ini di dorong terutama oleh kondisi politik, sosial, keamanan, dan penegakan hukum yang buruk. Sedangkan dari ekspor meninkat karena memang depresiasi rupiah terhadap dolar AS waktu iu membuat sebagian produk Indonesia, khususnya perkebunan mengalami peningkatan daya saing harga.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar