Minggu, 22 November 2015

Raditya Dika

Raditya Dika yang bernama asli Dika Angkasaputra Moerwani (lahir di Jakarta, 28 Desember 1984; umur 30 tahun), akrab dipanggil Radith, adalah seorang penulis, pelawak, Aktor, pemeran, model dan sutradara asal Indonesia. Di Indonesia, Raditya Dika dikenal sebagai penulis buku-buku jenaka. Tulisan-tulisan itu berasal dari blog pribadinya yang kemudian dibukukan. Buku pertamanya berjudul Kambing Jantan masuk kategori best seller. Buku tersebut menampilkan kehidupan Dikung (Raditya Dika) saat kuliah di Australia. Tulisan Radith bisa digolongkan sebagai genre baru. Kala ia merilis buku pertamanya tersebut, memang belum banyak yang masuk ke dunia tulisan komedi. Apalagi bergaya diari pribadi (personal essay).


Karya-karya Raditya Dika:


1. Kambing Jantan
Selepas SMU, Dika (Raditya Dika), yang juga dipanggil Kambing, harus melanjutkan pendidikan di Adelaide, Australia, mengambil major finance yang tidak sesuai minatnya. Maka dimulailah perjalanan Dika mencari jati diri: apa yang ingin dia lakukan dalam hidupnya sebenarnya? Ketika dia menjalani kuliah di Australia, problem muncul dengan Kebo (Herfiza Novianti), pacarnya, karena harus menjalani Long Distance Relationship (LDR) yang menyebabkan pengeluaran keuangan sangat besar, komunikasi yang terganggu, dan kehidupan kuliah yang semakin lama membuat mereka berbeda. Problem lainnya seperti bagaimana Dika mengalami kesulitan dalam belajar, dan kemunculan Sally Dickson, dosen bule yang lebih mirip tentara wanita, menambah dilema si Kambing dalam menyelesaikan masalah LDR dan finance (dalam dua arti sebenarnya: kebutuhan finance-nya dan sekolah finance-nya).  Pertemuannya dengan seorang teman SD, Ine (Sarah Shaftiri), yang membaca blog Dika berjudul “Kambingjantan”, membuka pikirannya bahwa dia bisa saja jadi penulis komedi. Sedangkan, persahabatannya dengan Harianto (Edric Tjanra), anak Kediri yang juga LDR dengan pacarnya, menambah keyakinan Dika untuk terus menentukan: hidup seperti apa yang dia mau? Karakter-karakter pendukung lainnya, seperti Mama Dika, adalah cerminan ibu yang berharap banyak pada anak sulungnya, “mama jaman sekarang” yang merasa sangat mengenal anaknya ternyata harus mengakui bahwa anaknya memiliki “kelebihan” lain. Papa Dika dan Adik-Adik Dika menjadi karakter-karakter yang memperkaya unsur komedi cerdas yang ada dalam film ini.

2. Cinta Brontosaurus
Novel Cinta Brontosaurus ini menceritakan tentang kisah sehari-harinya seorang penulis buku yang bernama Raditya Dika yang lahir pada tanggal 28 desember 1984, novel ini dimulai dengan kisah cinta Raditya Dika saat duduk di bangku SD. Ketika duduk di bangku SD, Raditya Dika menyukai seorang anak perempuan di kelasnya yang bernama Lia. Ia memutuskan menulis surat cinta pada gadis pujaannya itu. Agar terlihat keren, ia berencana menulis surat tersebut dalam bahasa Inggris. Ia bermaksud mengatakan "Aku memikirkanmu setiap malam" dalam bahasa Inggris. Sial, ia hanya tahu bunyinya,  tak tahu bagaimana cara menulisnya. "I thing of you every..." dengan sok tahu ia mulai menulis. Tapi bagaimana menulis 'Night'? Untunglah pada saat itu ada tayangan Masked Rayder Knight. Aha! Langsung ia berpikir pastilah itu cara menulis 'Night'. Tanpa pikir panjang ia melanjutkan menulis "I thing of you every knight".  Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ternyata Sang Pujaan Hati pernah tinggal di Amerika. Bukannya menanggapi cinta Dika, dalam surat balasannya Lia malah mengkritik kata-kata yang salah dalam surat cinta Dika. Jadilah surat Dika bagai karangan yang sedang dikoreksi oleh guru bahasa Inggris. Lebih parah lagi karena ternyata Lia sudah mempunyai pacar. Cinta pertama Dika pun berakhir tragis.


 3. Radikus Makankakus
Buku ini diawali dengan pengalaman Radit menjadi badut untuk meneliti bagaimana hidup orang yang berpakaian menjadi badut. Radit akhirnya berhasil mendapatkan kostumnya setelah sempat ditolak oleh yang mempunyai kostum karena heran. Akhirnya radit memutuskan untuk kayang di Monas. Setelah naik bajaj dan busway, yg dimana selalu diledek, akhirnya misinya tersebut sukses.
Ada juga cerita tentang microwave yang sangat menyelamatkan hidupnya saat tinggal di Australia. Pengalaman bersama adik-adiknya saat terjebak banjir juga sangat menggugah karena dia sadar bahwa sudah lama tidak bermain bersama adik-adiknya. Pengalaman bersama adiknya Anggi yang mengarang cerita Sekolah Hantu juga akan membuat ketawa.
Radit, dalam salah satu babnya, menjadi Tabib yang jawaban terhadap pertanyaannya sangat-sangat absurd. Di bab akhir buku yang berjudul “Bukan Binatang Biasa” menceritakan perjuangan Radit untuk lulus UI dan akhirnya diterima.
Secara pribadi, saya suka cara-cara Radit mengemas sudut pandangnya yang cukup menarik lewat kelakuan-kelakuan konyol dan lelucon-lelucon ringan. Radit membahas sesuatu yang taken for granted buat orang lain, misal kakus, feces, atau badut, menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda. Radit membuatnya menjadi sesuatu yang “terlihat”.
Misal, cerita tentang keinginannya untuk menjadi badut pada bab awal. Radit menuliskannya keingintahuannya tentang kehidupan badut, yang notabene adalah orang yang berperilaku berbeda untuk tujuan mengundang tawa, dengan cara menggunakan kostum badut. Hal yang menarik adalah Radit sebenarnya tahu bukan kostum badut itu yang menjadikan dia badut, tapi pencariannya terhadap kostum badut sendiri itu sendiri yang mencerminkan semuanya.
Terus kemudian dia kayang di monas. Hal itu aneh, berbeda, itu badut. Anehnya, penggemar raditya dika juga ikut-ikutan kayang (dalam bab terakhir buku ini ditunjukan foto-fotonya), walaupun bukan di Monas. Mereka aneh, berbeda. Mereka badut.
Dah bahkan, semua orang, disadari atau tidak, pernah menjadi “badut” dalam kisah kehidupannya. Raditya Dika tahu itu dan dia bagikan lewat bukunya ini.
Apakah arti Hidup? Mungkin pertanyaan itu tidak termaksudkan untuk dijawab. – Raditya Dika


4. Babi Ngesot
Dalam novel ini, Raditya Dika menceritakan kesehariannya dari dia mau masuk SMA 70 biar bisa mainin burung sampe ke cerita cintany yang pastinya sangat kocak. Berikut potongan cerita dalam novel ini:
Kesurupan Mbak Minah semakin menjadi-jadi. Tubuhnya semakin susah dikendalikan oleh kita bertiga. Lalu tiba-tiba Ingga, Ingga berkata, ‘Pencet idungnya, Bang.’
            ‘Apa?’
            ‘Idungnya,’ Ingga meyakinkan. ‘Aku pernah baca dimana gitu, pencet aja idungnya.’
            ‘Tapi, Ngga?’
            ‘ABANG! PENCET IDUNGNYA SEKARANG!’ Edgar memerintahkan gue.
            Daripada kehilangan nyawa, gue ikutin saran mereka. HAP! Gue pencet idungnya Mbak Minah. Kita semua terdiam untuk beberapa saat. Semua menunggu efek yang datang dari memencet idung orang kesurupan. Apakah setannya akan keluar? Apa yang akan terjadi setelah ini?
            Ternyata,
            gak ngefek.
            ‘Kok nggak ngaruh?’ tanya gue.
            Ami, yang emang expert soal kesurupan, langsung teriak, ‘YA IYALAH!!!! JEMPOL KAKINYA TAU YANG DIPENCET, BUKAN IDUNG!’

5. Marmut Merah Jambu
Suatu hari Dika (Raditya Dika) datang ke rumah Ina (Anjani Dina), cinta pertamanya sewaktu SMA, membawa seribu origami burung bangau di tangan kanannya, dan undangan pernikahan Ina di tangan kirinya.Besok, Ina akan menikah. Kedatangan Dika diterima oleh Bapak Ina (Tio Pakusadewo) yang curiga kedatangan Dika untuk kasus cinta lama yang belum selesai dan berpikir bahwa Dika ingin menggagalkan pernikahan anaknya. Dika menceritakan maksud sebenarnya, yang jauh dari tuduhan Bapak Ina. Seiring dengan Dika bercerita, kita melihat masa lalu Dika (Christoffer Nelwan), dia berteman akrab dengan Bertus (Julian Liberty). Pada masa ini, Dika SMA jatuh cinta diam-diam kepada Ina. Baik Dika dan Bertus sama-sama sadar, untuk mendapatkan cewek di sekolah, mereka harus populer. Untuk itu Dika dan Bertus membuat grup detektif bersama Cindy (Sonya Pandarmawan). Mereka menyelesaikan kasus-kasus absurd yang terjadi di sekolahnya. Semakin banyak kasus yang mereka selesaikan oleh grup detektif ngawur ini, semakin dekat Dika dengan tujuan akhirnya: jadian sama Ina.

6. Manusia Setengah Salmon 
Diantara semua kebiasaan ayah Dika yang aneh adalah senam kentut. Senam ini dilakukan setiap pagi dengan gerakan mengejang –ngejang di lantai sambil ngeden untuk satu tujuan : kentut. Dan pengalaman mencoba senam kentut itu Dika mulai saat kelas 1 SMP. Kebiasaan itu akhirnya sering mereka lakukan bersama-sama. Suatukegiatan yang membuat mereka selalu bersama-sama. Namun setelah kesibukan masing-masing bertambah, kegiatan itu menjadi jarang mereka lakukan bersama-sama lagi. Ketika putus cinta, hal yang dirasakan adalah kesedihan, kegalauan, dan kekecewaan. Dika mengibaratkan putus cinta sama halnya dengan pindah rumah.  Saat dimana seseorang harus bisa merapikan barang-barang dan memasukannya ke dalam kardus untuk nantinya diikat, dan tidak pernah tahu kapan kardus itu akan dibuka. Dalam berteman, terkadang kita dihadapkan pada keadaan yang sulit. Disatu sisi kita harus mengatakan kebenaran tetapi di satu sisi kita sungkan untuk mengatakannya. Namun bagaimanapun juga, sikap hati-hati mengutarakan kritikan atau nasehat dapat membangun sebuah keadaan yang lebih baik. Tidak semua makan yang kita anggap enak dianggap enak oleh orang lain. Begitu pula sebaliknya. Setiap orang mempunyai makanan yang mereka suka atau tidak disukai. Inilah indahnya perbedaan, indahnya kebebasan dalam mencintai makanan.
            Semakin tua umur kita, semakin kita ingin mandiri dari orang tua. Kita tidak mungkin selamanya bisa bertemu dengan orang tua kita.kemungkinan yang paling besar adalah orang tua kita akan lebih dulu pergi dari kita. Orang tua kita bahkan meninggalkan kita, sendirian. Dan kalau hal itu terjadi, sangat tidak mungkin untuk kita untuk mendengar suara mereka kembali. Istilah anak muda PDKT atau melakukan pendekatan sebelum pacaran zaman sekarang jauh berbeda dengan zaman dulu. Namun sesungguhnya tujuanya sama yakni, agar kita bisa membedakan antara orang kita mau dan orang yang kita butuhkan. Tumbuh dewasa memang menyenangkan, tetapi tumbuh dewasa juga harus melalui rasa sakit. The pains of growing up. ’Pindah’ menjadi dewasa berarti siap menghadapi rasa sakit dan melihat hal-hal yang menyakitkan itu sendiri. Hadir di pemakaman nenek-nenek, rasa sakit karena gagal masuk sekolah yang kita mau, atau rasa sakit lantaran geraham bungsu yang tumbuh. Hidup penuh dengan ketidak pastian, tetapi perpindahan adalah salah satu hal yang pasti. Kalau pindah diidentikkan dengan kepergian, maka kesedihan menjadi sesuatu yang mengikutinya. Kita berpikir ini adalah perpisahan sehingga merasa sedih melepas hal-hal yang dirasakan, yakni hal-hal yang selama ini membuat kita senang dan nyaman.  Akhirnya, melakukan perpindahan ke tempat baru membuat kita dihantui rasa cemas. Padahal, untuk melakukan pencapaian lebih, kita tidak bisa hanya bertahan di tempat yang sama. Tidak ada kehidupan yang lebih baik yang bisa di dapatkan tanpa melakukan perpindahan. Mau tak mau, kita harus seperti ikan salmon. Tidak takut pindah dan berani berjuang untuk mewujudkan harapannya. Bahkan rela mati di tengah jalan demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Ternyata untuk medapatkan sesuatu yang lebih baik, kita tidak perlu menjadi manusia super. Kita hanya hanya perlu menjadi manusia setengah salmon : berani pindah.

7. Koala Kumal 
Selain main perang-perangan, gue, Dodo, dan Bahri juga suka berjemur di atas mobil tua warna merah yang sering diparkir di pinggir sungai samping kompleks. Formasinya selalu sama: Bahri dan gue tiduran di atap mobil, sedangkan Dodo, seperti biasa, agak terbuang, di atas bagasi.
Kadang kami tiduran selama setengah jam. Kadang, kalau cuaca lagi sangat terik, bisa sampai dua jam. Kalau cuacanya lagi sejuk dan tidak terlalu terik, kami biasanya sama-sama menatap ke arah matahari, memandangi langit sambil tiduran.
Kalau sudah begini, Bahri menaruh kedua tangannya di belakang kepala, sambil tiduran dia berkata,
‘Rasanya kayak di Miami, ya?’
‘Iya,’ jawab gue.
‘Iya,’ jawab Dodo.
Kami bertiga gak ada yang pernah ke Miami.

Koala Kumal adalah buku komedi yang menceritakan pengalaman Raditya Dika dari mulai jurit malam SMP yang berakhir dengan kekacauan sampai bertemu perempuan yang mahir bermain tombak.

Sumber:
https://vahron.wordpress.com/2009/03/17/sinopsis-kambing-jantan/
http://frakangkers.blogspot.co.id/2014/02/resensi-novel-cinta-brontosaurus.html
https://inkubuku.wordpress.com/2014/10/21/radikus-makan-kakus-bukan-binatang-biasa/
http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.co.id/2013/12/resensi-novel-ngesot-raditya-dika.html
http://indosinema.com/2014/04/sinopsis-marmut-merah-jambu/
http://penggilagta.blogspot.co.id/2014/02/sinopsis-novel-manusia-setengah-salmon.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar